"SHALOM…! SELAMAT DATANG di Blog JGSN...! Media Informatif dan Konstruktif berlandaskan Kasih KRISTUS…!"

Selasa, 31 Desember 2013

Refleksi Perjalanan Di Akhir Tahun


“SEPANJANG LORONG GELAP”
“MAZMUR 23:1-6”

Oleh: Cavik Messakh Mangngi, S.Th.

Manusia itu bisa mengingat, termasuk mengingat masa lalu. Karena itu manusia bisa bercerita tentang masa lalu. Ia juga bisa menimbang dan menilai pengalaman masa lalunya. Dari mengingat, bercerita, menimbang dan menilai masa lalu, manusia itu belajar mengenal dirinya: mengenal kekuatan dan kelemahannya, sekaligus bersiap menghadapi masa depannya. Itulah yang disebut “belajar dari sejarah.”

Kalau kita baca maca Mazmur 23:1-5 kita menemukan bahwa Daud bertutur tentang masa lalu. Ia menyaksikan pengalaman hidupnya.Tetapi pengalaman hidup itu masih terus ia alami sampai pada waktu ia bercerita. Maka Daud tidak memakai kata “telah” di depan semua kata benda: gembala (1) “Tuhan telah menjadi gembalaku”; tidak pakai kata “telah” di depan semua kata kerja: telah membaringkan (1); telah membimbing (2); telah menyegarkan, telah menuntun (3); telah besertaku, telah menghiburku (4), telah menyediakan, telah mengurapi (5). Cara bercerita Daud menunjukkan bahwa sampai waktu ia bercerita Tuhan masih tetap adalah: gembalaku, membaringkan, membimbing, menyegarkan, menuntun, beserta, menghibur, menyediakan, mengurapi. Tuhan tidak berhenti menjadi gembala bagi Daud tetapi terus menjadi gembala sampai saat ia bertutur, sampai saat ia berkisah, sampai saat ia bertutur.

Dengan bercerita tentang masa lalu Daud menemukan bahwa Allah, Tuhannya, sungguh amat baik kepadanya. Ia menemukan bahwa Tuhan sungguh amat peduli, amat serius dan amat bersungguh-sungguh mengurus kehidupan Daud. Ia terpesona dan heran akan kesungguhan cinta kasih Tuhan yang tidak kunjung usai merawat hidup Daud. Daud menemukan bahwa masa lalu yang ia telah jalani juga penuh dengan pengalaman berat, kesulitan yang nyaris tidak bisa diatasi yang ia sebut sebagai “lembah kekelaman” atau dalam terjemahan lama disebut “lembah bayang-bayang maut”. Ia tentu pernah sakit, ia menderita. Ia juga pernah terancam hidupnya. Tetapi Tuhan yang terus peduli, yang terus serius mengurus hidupnya membuat ia sanggup mengatasi setiap penderitaan, sakit dan ancaman hidup.

Mari sejenak kita merefleksikan diri diakhir tahun  2013 untuk meninjau kembali masa satu tahun yang akan segera berakhir. Masa masa kelam, masa sakit, masa derita yang penuh duri dan bahaya, yang membuat hati cemas, kecut bahkan nyaris tersingkir dari panggung kehidupan. Kita juga mengingat masa-masa indah dan cerah penuh berkat yang membawa tawa ria dan syukur. Kita mengingat akan kesalehan, iman dan kesetiaan kita kepada Tuhan dan kepada gereja. Kita juga mengingat kelemahan iman, pertengkaran iman dan kejatuhan iman sekaligus kelalaian kita terhadap dan dalam gereja kita. Kita mengatasi semua itu kita dibuat terpesona oleh kasih setia Tuhan yang tidak berubah yang terus-menerus mengurusi hidup kita. Yang membuat kita ada dan bertumbuh dan maju dalam iman dan perbuatan baik. Bertumbuh dan maju dalam hidup sehari-hari, sekalipun mungkin kita mencapai kemajuan dengan kerja keras, dengan berhemat sana sini, dengan berhutang sana-sini lalu bekerja keras membayar sana-sini .... tokh kita mengalami bahwa kita maju dan bertumbuh. Itulah pesona hidup yang Daud alami dan yang kita alami. Itulah pesona penyertaan Allah yang tak kunjung lelah mengurusi kita semua yang adalah anak-anak-NYA.
Kini pertanyaan kita adalah: mengapa Tuhan Allah begitu sibuk, begitu serius, begitu peduli, begitu intens mengurusi hidup Daud dan hidup kita? Memangnya Allah tidak menjadi lelah? Apa karena Daud dan kita semua adalah orang-orang hebat yang tidak ada cacat celanya? Orang-orang saleh yang hatinya putih seperti malaikat? Daud berusaha mencari alasan mengapa Allah peduli padanya. Ternyata ia tidak menemukan alasan dalam dirinya sendiri yang bisa memaksa Allah untuk mengurusi hidup Daud. Daud menemukan bahwa Allah begitu peduli terhadapnya dan terhadap kita. Dengan kata lain Daud heran dan berpikir dalam hati: “Orang model ke beta ini yang tidak selalu setia, tidak selalu beriman, tidak selalu berharap pada Tuhan, tidak selalu berbuat baik, bahkan diam-diam seringkali berpikir dan bertindak jahat .... masih juga diurus oleh Tuhan...” Kesadaran ini membuat Daud tidak bangga di hadapan Tuhan, tidak sombong di hadapan sesamanya, tidak sokh suci di dalam persekutuan ibadah dan agamanya. Tidak! Sebaliknya Daud merendahkan diri dan bersaksi katanya: “Tuhan begitu peduli pada saya ... oleh karena nama-NYA” (3). Tuhan terus setia dan berbuat baik kepada Daud dan kepada kita karena Ia adalah Tuhan yang setia kepada Diri-NYA sendiri. Ia tidak dolak dalik. Ia bukan Tuhan yang “muka belakang” (kata orang Kupang). Ia terus peduli pada umat-NYA sebab IA menjaga nama baik-NYA. Nama-NYA adalah kudus dan IA menjaminkan diri-NYA untuk tetap setia memelihara umat-NYA.
Dalam Perjanjian Lama beberapa kali ungkapan “oleh karena nama-NYA” atau “oleh karena nama-KU” muncul. Kita periksa beberapa contoh: Mazmur 25:11 (baca). Disitu pemazmur meminta ampun atas dosanya tetapi bukan dengan membanggakan amalnya seperti doa orang Farisi dalam Lukas 18:11-12 (baca). Tidak! Pemazmur bilang: “Saya berdosa, saya tidak punya alasan untuk memohon ampun. Tetapi karena Engkau baik maka ampunilah aku oleh karena nama-MU.
Mazmur 31:4 (senada dengan mazmur 23).
Yes. 48:9: (baca) “oleh karena nama-KU .....”,  “oleh karena kemasyuran-KU .....” Allah sendiri bertutur bahwa IA tidak bertindak sembarangan kepada manusia mengikuti nafsu amarah-NYA, tetapi IA menahan amarah, menahan diri oleh karena nama-NYA sekalipun IA harus berurusan dengan orang-orang yang tidak tahu, tidak pernah dan tidak mampu “menahan amarah” seperti kita ini.
Yezk. 20:9,14,22: (baca) Allah sendiri bertindak menjaga kekudusan nama-NYA, menjaga kekudusan umat-NYA walau umat-NYA tidak mampu menjadi kekudusan hidup dan ibadah mereka. Semua itu Allah lakukan “oleh karena nama-KU.” Dengan kata lain, bukan manusia yang memaksa Allah berbuat baik, bukan amal manusia yang memaksa Allah bertidak. Dosa-dosa manusia, juga dosa-dosa dalam gereja, tidak dapat membuat Allah berhenti bertindak untuk kebaikan umat-NYA.

Demikianlah diakhir tahun ini kita  bersyukur karena kita telah mengalami bahwa Allah terus menerus, sepanjang tahun ini, bertindak, bekerja karena IA terus peduli kepada kita, terus menaruh perhatian kepada kita sekalipun seringkali kita jatuh dalam rupa-rupa dosa dan aib. Maka bersama Daud baiklah kita berkata: “Terpujilah engkau ya Tuhan, karena Engkau terus memerus bertindak untuk kebaikan kami sepanjang tahun 2013 sehingga kami ada di sini, kami bersyukur di penghujung akhir tahun ini. Semua itu telah Engkau perbuat bukan karena kami baik atau hebat, melainkan oleh karena nama-MU.”

Berdasarkan pengalaman masa lalu sepanjang tahun 2013 itulah bersama Daud kita berikrar iman menurut tuturan ayat 6: masa depanku adalah masa depan yang berlimpah kebajikan dan kemurahan dari Tuhan, masa depanku adalah masa depan bersama Tuhan. Masa depan adalah kesempatan untuk berbuat kebajikan dan berlaku murah hati oleh karena nama Tuhan-ku.             
Catatan Reflektif:
*      Walau dunia disekitar kita mempertontonkan “potret buram” tetapi kita mesti tetap ada dalam suasana sukacita dan harapan baru untuk maju menggapai hidup bermakna di dalam Kristus yang lahir dalam kesederhanaan dan kemiskinan. Dengan dilandasi semangat inilah perubahan yang kita impikan dahulu pasti akan kita gapai walau dalam waktu yang panjang.
*      Perjalanan panjang di tahun 2013 bagai berlalu disebuah lorong yang gelap, adakah cahaya yang sanggup menerangi lorong tersebut?. Alkisah dalam peristiwa “Betlehem” diceritakan bahwa terang yang sesungguhnya kini telah dihadirkan dalam kehidupan umat manusia. Kristus telah lahir bagi umat manusia, dalam pada itu misi pembebasan dan damai sejahtera yang dibawah oleh sang “bayi natal” kini menjadi tugas berat dipundak kita, baik sebagai pribadi maupun sebagai gereja kita diminta untuk memberi diri menjadi agen-agen pembawa damai dimanapun kita berada dan berkarya.
*      Sebagai gereja Tuhan (ingat: persekutuan) kita terpanggil untuk mewartakan syallom Allah ditengah-tengah dunia yang gelap ini. Kegelapan dunia ini hanya dapat diterangi bila ada kesediaan setiap orang untuk menyalakan terang yang sesungguhnya di dalam kehidupannya. Dengan demikian maka cahaya yang kita bawa ke manapun kita berkarya dan melayani akan menerangi setiap lorong gelap yang kita jalani. Tahun baru yang masih gelap hanya bisa kita taklukkan bersama Allah sumber terang yang telah hadir di antara umat manusia.

“SYALLOM”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"TERIMA KASIH atas kunjungannya di Blog JGSN…! Semoga TUHAN memberkati…!"